×

Yogyakarta/ suaraglobal.tv 

“Umbul Donga” adalah kosa kata bahasa Jawa, yang artinya : memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Lazimnya umbul doa merupakan salah satu dari rangkaian acara dalam penyelenggaraan upacara adat tradisi Jawa. Dan dalam pelaksanaannya merupakan doa bersama lintas agama sesuai kultur budayanya.

Umbul Donga atau doa bersama lintas aliran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan lintas agama, yang diselenggarakan di Padepokan Tulis Tanpa Papan, Seling , Temon, Kulon Progo (5/6/2025), diharapkan bisa menjadi contoh yang baik dari praktik ritual yang dapat memperkuat keterhubungan dan memberikan kemanfaatan bagi masyarakat.

Sesuai Umbul Donga para sesepuh, pinisepuh, adisepuh masih melanjutkan tukar kawruh dalam memaknai kegiatan yang bisa menjadi kekuatan dalam membangun budaya dan ketahanan bangsa.

Cegah Pawungon tirakatan Malem 1 Suro 1959 ini juga dihadiri para sesepuh Panji Indonesia Mulia Sang Caka Merah Putih : Kyai Muhammad Nuuruddin, Ki Dalang (sepuh) Suparman, Ki Pangesthi Adji, Ki Trisno Sumarjo, Bpk. Yassin dan sejumlah sesepuh lainnya.

Dalam obrolan ringan itu membahas azas tujuan dan kemanfaatan kegiatan, diantaranya :

Meningkatkan toleransi dan pemahaman antara masyarakat dari berbagai latar belakang agama.

Membangun kesadaran bersama, tentang nilai-nilai yang sama yang dimiliki oleh berbagai agama, seperti kasih sayang, keadilan, dan kebaikan.

Menguatkan komunitas, dan membangun rasa handarbeni, rasa memiliki bersama di antara masyarakat.

Baca juga  Laku Budaya Sembah Jiwa Dalam Cahaya Saka

Meningkatkan kesadaran spiritual, dan memberikan pengalaman yang mendalam bagi individu.

Umbul Donga bukan hanya diselenggarakan menyambut pergantian tahun baru di bulan Suro atau Muharam. Doa bersama lintas Paguyuban Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan lintas agama itu juga sering di laksanakan pada : upacara sedekah bumi, nguras sendhang/ membersihkan mata air, bersih desa, panen raya, juga berbagai hajat masyarakat.

Beragama dan berketuhanan memang memiliki perbedaan dan kesamaan dalam beberapa aspek, antara keduanya.

Perbedaannya :

Beragama lebih fokus pada praktik dan ritual keagamaan yang spesifik, seperti ibadah, doa, dan kegiatan keagamaan lainnya. Beragama juga seringkali terkait dengan komunitas dan institusi keagamaan.

Berketuhanan lebih fokus pada keyakinan dan pengalaman spiritual yang lebih luas, tidak terbatas pada satu agama atau tradisi tertentu. Berketuhanan dapat mencakup berbagai aspek spiritualitas, seperti kesadaran akan adanya Tuhan, nilai-nilai moral, dan hubungan dengan alam semesta.

kesamaan, dalam tujuan utamanya :

Baik beragama maupun berketuhanan memiliki tujuan utama untuk mencapai kesadaran spiritual dan meningkatkan kualitas hidup manusia.

Baik beragama maupun berketuhanan seringkali menekankan pentingnya nilai-nilai moral, seperti kasih sayang, keadilan, dan kebaikan.

Baik beragama maupun berketuhanan dapat memberikan pengalaman spiritual yang mendalam dan berarti bagi individu.

Tentang spiritualitas :

Spiritualitas dalam beragama seringkali terkait dengan praktik dan ritual keagamaan yang spesifik, seperti meditasi, doa, atau ibadah.

Baca juga  Antologi Puisi Greg Usanta Kunang Kunang Berselendang Bianglala

Spiritualitas dalam berketuhanan dapat mencakup berbagai aspek, seperti kesadaran akan adanya Tuhan, hubungan dengan alam semesta, dan pengalaman spiritual lainnya.

Dengan demikian, beragama dan berketuhanan memiliki perbedaan dan kesamaan dalam beberapa aspek, namun keduanya dapat saling menguatkan dalam membangun budaya bangsa yang lebih harmonis dan beradab.

Praktik ritual yang menggunakan simbol-simbol dalam upacara adat, tradisi, dan kultur budaya dapat memiliki pola keterhubungan yang kuat dengan masyarakat jika dilakukan dengan cara yang tepat.

Terdapat beberapa cara untuk memperkuat keterhubungan dan memberikan kemanfaatan bagi masyarakat:

Menghormati tradisi, dan kultur budaya yang ada di masyarakat dapat membantu memperkuat keterhubungan antara praktik ritual dan masyarakat.

Menggunakan simbol-simbol yang relevan dengan kultur budaya masyarakat dapat membantu memperkuat keterhubungan dan memberikan makna yang lebih dalam bagi masyarakat.

Melibatkan masyarakat dalam praktik ritual dapat membantu memperkuat keterhubungan dan memberikan rasa memiliki bagi masyarakat.

Mengembangkan kesadaran tentang makna dan tujuan praktik ritual dapat membantu memperkuat keterhubungan dan memberikan kemanfaatan bagi masyarakat.

IMG-20250710-WA0010-300x169 Beragama Dengan Berketuhanan Meski Berbeda Saling Menguatkan Dalam Membangun Budaya Ketahanan Bangsa

Mengintegrasikan praktik ritual dengan nilai-nilai modern dapat membantu memperkuat keterhubungan dan memberikan kemanfaatan bagi masyarakat dalam konteks yang lebih luas.

Dengan demikian, praktik ritual yang menggunakan simbol-simbol dapat memiliki pola keterhubungan yang kuat dengan masyarakat jika dilakukan dengan cara yang tepat dan menghormati tradisi serta kultur budaya yang ada.

Baca juga  Temu Kangen Mantan Pengurus Badan Pembina Seni Mahasiswa Yogyakarta

Penulis Tito Pangesthi Adji.

Beragama Dengan Berketuhanan Meski Berbeda Saling Menguatkan Dalam Membangun Budaya Ketahanan Bangsa