×

Cirebon/ suaraglobal.tv

Cirebon lemah wali,
Panembahan Gunung Jati,
Pusat Islam kang sejati,
Risalahe para nabi…”

Kidung dalam bahasa lokal Cirebonan itu di lantunkan oleh Pak Mustakim, seorang peneliti sejarah Cirebon yang juga seorang budayawan dan pemuka agama pada acara Bebarik Lawang Sanga (6/7/2025)

“Sing arane wali Sanga, wali utamane Syeh Hidayatullah.

Mulane warga Mandalangan mewarisi tradisi kang sae.

Warisane apa ?

Punten, kadose ten riki kan tanah leluhur.
Kula lan panjenengan sami kan lagi nglampahi ritual. Arane
Bebarik. Wau pun diwedarake. Bebarik niku artine bebarokah, bersih – bersih, sedekah bumi, mensyukuri barokah Gusti, kirim doa bagi leluhur. Tawasulan.

Cobak mboten onten Syeh Gunung Jati, mboten onten Pangeran Cakrabuana sing syiar islam ten riki, mboten onten warisan sing sae niki.
Warisane Pakuwon Cirebon.
Kang arane Gunung Sembung niku asale pusat syiar. Sakniki dadi pesarean. Dadi astana…’

Keterangan ini dikutip dari ceramah budaya Pak Mustakim, peneliti sejarah, budayawan dan pemuka agama, yang dirangkum dari hasil rekaman video Indra Haryadi dan Gina Anggraeni yang membantu kuncen merawat Situs Lawang Sanga di Mandalangan RW.2/ RT.9, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemah Wungkup , Cirebon.

Keraton Kasepuhan Cirebon didirikan pada tahun 1529 oleh Sunan Gunung Jati, pendiri Kesultanan Cirebon. Sedangkan, Nawa Gapura Marga Raja atau Lawang Sanga yang ada di Keraton Kasepuhan Cirebon dibangun pada tahun 1677, pada masa pemerintahan Sultan Sepuh I, Sultan Sepuh Syamsuddin,
salah satu sultan yang memerintah Kesultanan Cirebon pada abad ke-17.

Baca juga  Ikatan Suci di Rajun Fadlur Rozi & Masyati Mengukir Janji Abadi Dalam Khidmatnya Akad Nikah

Pada masa pemerintahannya, Keraton Kasepuhan Cirebon telah berdiri , tapi masih bernama Pakungwati.dan kemudian berkembang sebagai pusat kekuasaan dan kebudayaan.

Pembangunan Nawa Gapura Marga Raja atau Lawang Sanga pada tahun 1677 menunjukkan bahwa Keraton Kasepuhan Cirebon telah memiliki sejarah dan perkembangan yang panjang, dan bangunan ini merupakan salah satu bagian dari upaya untuk memperkuat dan memperindah keraton.

Nawa Gapura Marga Raja adalah sebutan lain untuk Lawang Sanga di Keraton Kasepuhan Cirebon.

“Nawa” artinya sembilan, “Gapura” artinya pintu, dan “Marga” artinya jalan. Marga Raja” berarti jalan atau jalur raja.

Dalam filosofi Jawa dan Cirebon, Nawa Gapura Marga Raja memiliki makna yang mendalam. Angka sembilan (nawa) melambangkan kesempurnaan dan kesucian. Gapura atau pintu melambangkan akses atau jalan menuju tujuan. Marga Raja melambangkan jalan atau jalur yang harus dilalui oleh seorang raja atau pemimpin untuk mencapai kesempurnaan dan kebijaksanaan.

Ajaran yang terkandung di balik penamaan Nawa Gapura Marga Raja adalah tentang pentingnya memiliki kesempurnaan dan kesucian dalam menjalankan kepemimpinan. Seorang raja atau pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang baik dan bijak untuk mencapai tujuan dan memimpin rakyatnya dengan baik.

Selain itu, Nawa Gapura Marga Raja juga dapat diartikan sebagai simbolisasi dari sembilan lubang dalam tubuh manusia yang harus dikontrol dan diatur untuk mencapai kesempurnaan spiritual. Dengan demikian, penamaan Nawa Gapura Marga Raja mengandung ajaran tentang pentingnya pengendalian diri dan spiritualitas dalam menjalankan kepemimpinan.
Lawang Sanga di Keraton Kasepuhan Cirebon sebagai pintu masuk utama ke wilayah kraton dari sisi utara sungai Kriyan kota Cirebon. Bangunan ini memiliki filosofi sebagai simbolisasi dari sembilan lubang dalam tubuh manusia ini, jika dijabarkan berisi ajaran yang bisa membuka gerbang kesadaran jiwa manusia.

Baca juga  Beragama Dengan Berketuhanan Meski Berbeda Saling Menguatkan Dalam Membangun Budaya Ketahanan Bangsa

Sementara itu, Gunung Sembung di Cirebon dikenal sebagai lokasi makam Sunan Gunung Jati, seorang wali penyebar agama Islam dan pendiri Kesultanan Cirebon, selalu ramai di ziarahi orang dari berbagai kota, bukan hanya masyarakat Cirebon saja, menyiratkan pesan agar kita bisa menghargai perjuangan para leluhur yang telah menanamkan pondasi ajaran Budi pekerti dan keluhuran.

Tidak ada informasi yang jelas tentang Lawang Sanga di Gunung Sembung sebagai bangunan yang sama dengan Lawang Sanga di Keraton Kasepuhan.
Berdasarkan informasi yang ada, kemungkinan besar Lawang Sanga di Keraton Kasepuhan dan Lawang Sanga di Gunung Sembung tidak memiliki hubungan langsung sebagai bangunan yang sama. Lawang Sanga di Keraton Kasepuhan lebih terkait dengan arsitektur dan filosofi keraton, sedangkan Gunung Sembung lebih terkait dengan sejarah dan penyebaran agama Islam di Cirebon.

IMG-20250712-WA0009-197x300 Menguak Misteri Nawa Gapura Marga Raja Membuka Gerbang Kesadaran Jiwa

Dirangkum dari berbagai sumber, dan di sarikan oleh jurnalis suaraglobal.tv
Tito Pangesthi Adji.

Menguak Misteri Nawa Gapura Marga Raja Membuka Gerbang Kesadaran Jiwa