×

Yogyakarta/ suaraglobal.tv/ Dalam dunia seni peran seperti teater, film, atau seni tradisi kethoprak misalnya ; seorang pemain mencari informasi kesana kemari agar bisa memperoleh kesempatan ikut casting untuk sebuah pementasan itu hal yang biasa. Lebih – lebih para pemula yang ingin mencari pengalaman pentas bersama tokoh – tokoh seni pertunjukan. Segala cara dilakukan agar bisa mendapat peluang merintis karirnya menjadi aktor.

Namun ada juga, orang yang tidak (lagi) berharap menjadi pemain, justru di tawari jadi pemain oleh seorang Sutradara yang sedang mencari calon pemain, menjadi pemeran salah satu karakter dalam naskah yang hendak segera dipentaskannya.

Hal ini terjadi pada salah satu pemain dalam Pertunjukan Kethoprak – Wayang – Tari (Kwari), berjudul : “Sahoyi Mustika Pungging” yang dipentaskan 24/7/2025 kemarin.

suaraglobal.tv yang meliput pertunjukan dan mewawancarai sejumlah narasumber, bertemu dengan seorang pemain yang menuturkan pengalaman menarik ini ;

~”Di Yogya saya dikenal banyak teman sebagai seorang DOP. Cameraman.
Punya studio jugalah. Pokoknya nggak jauh dari bikin film atau kontenlah”, cerita Joni Asman yang telah selesai di make up wajahnya dan telah mengenakan kostumnya.

Belasan orang berkumpul di ruang make up, bagian belakang dari Amphiteater Purawisata.

“Belum lama ini saya dengar sekarang anda jadi Pelukis , punya galeri dan sedang persiapkan pameran tunggal ?”

~” Aaahh itu mah sedang kumat aja Mas. Temen – temen kan pada ngelukis. Jadi ikutan corat – coret kanvas juga. Hobi lama kalau itu sih … Jaman masih kerja di teve dulu. Kerjaan orang Artistik kan pada ngelukis juga. Dari pada beli atau sewa buat hiasan dinding studio”

Baca juga  Forum Budaya Jawa Bali Meninjau Candi Kedulan

~”Selain jadi pelukis mau jadi aktor ?”

~”Kalau ini sih, nggak sengaja. Karena sebelumnya saya memang pernah di ajak main waktu pertunjukan Kethoprak – Wayang – Tari. Swari Satu.

Itu lho, Mas…, setelah Mas Tito sama Mas Nano ngajak bikin Sinema Kethoprak Tari…Sekethi.. Kethoprak Tobong di Mall itu lho…

~ “Mangir In Love ? ”

~” Ya, Pambayun, Mangir In Love.

Setelah itu kan Mas Nano pentas lagi. Nah saya di minta bantu bikin dokumentasi.
Eh, tahu – tahu
malah di minta main.

Nah kerjaan dokumentasinya saya lepas. Saya kasih Greg sama Yosan yang megang.

Mungkin sebagai Sutradara , Mas Nano ngasting saya jadi pemeran tokoh Grndhon itu karena dinilai cocok jadi seorang Germo..!” lanjutnya seraya tertawa ngakak

~”Wah, naik pangkat ya ? Dulu waktu Teater ASDRAFI pentas “Deja Vu Lawe” anda jadi Kebo Anabrang yang duel mati – matian sama Ronggolawe…

Sekarang disini jadi germo. Menjinakkan perempuan – perempuan yang mau di jual…?!”

Joni tergelak.

~”Iya…yaa…?
Sutradaranya pasti bermaksud
meledek…ini ya..?
Mentang – mentang badan saya gemuk, di-casting jadi germo…!
Eh, tapi ini germo yang terhormat. Di jadikan pembantu seorang tumenggung yang di takuti oleh rakyat.
Makanya mudah mencari perempuan disini. Dan mudah menjualnya. Termasuk menjual Sahoyi…!”

~”Germo klas kakaplah. Keren.. Nggak kayak …”
~”Germo pasar kembang …?!” sambernya sembari tertawa lepas.

Kalau ini sekedar ngobrol. Bukan wawancara untuk liputan berita. Ngobrol hal – hal biasa saja.

Baca juga  Budaya di Bima: Keunikan Tradisi dari Tanah Mbojo

Meski jarang pentas, Joni Asman bukan pemain karbitan. Basicnya justru teater. Karena dia alumni Akademi Seni Drama Dan Film.

Setahu saya, kalau tak salah
Tahun 2000an..
dia ke Jakarta.
Mau adu nasib kepingin jadi aktor katanya.
Tapi masa itu sudah banyak. media. Di Jakarta banyak bermunculan Production House dan Tv Swasta.
Mau jadi aktor jadi sulit. Yang banyak dicari ya yang tampan dan cantik – cantik saja. Mudah menjualnya. Di cetak di depan camera saja.

Kalau wajahnya pas – pasan ya nggak laku.
Meskipun punya kemampuan sebagai aktor.
Kalau cakep…cakep sekalian. Kalau jelek…ya jelek sekalian. Laku keras.
Tapi kalau wajahnya pas – pasan, kemampuan aktingnya juga pas – pasan,
paling jadi ekstras. Di bayar harian percalling.
Nampaknya keberuntungan Joni Asman tidak di jalur itu.

malah di diterima di Tv Broadcast. Pernah kerja di Indosiar, pindah ke Trans TV, pindah lagi ke Kompas, terakhir di RBT.

Karena hobinya seni rupa, meskipun pernah di Produksi Drama, lebih memilih bagian Tata Artistik.

Pernah jadi Property Master. Paling banyak ya di Tata Artistik.

Kalau kemudian di kenal jadi Director Of Photography,
itu justru setelah Joni Asman kembali ke Jogja.

Kebetulan dia punya camera. Punya studio juga. Cari proyek kecil ,- kecilan di Jogja.
Kemana – mana benteng camera..

Kalau sekarang ini kembali ke panggung, tentu itu lebih dikarenakan kecintaannya pada teater yang dulu digelutinya.
Bukan sekedar kerinduan mengenang masa lalu sebagai anak wayang. Naik turun panggung. Proses panjang berteater yang membentuknya punya kemampuan di keaktoran.

Baca juga  Keris Diakui UNESCO Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan

Saya memang tidak wawancara terkait pertunjukan Kwari. Tapi cerita Joni Asman itu mengingatkan saya pada kalimat yang sering di ucapkan senior – senior saya di film , bahwa pada tahap pemilihan calon pemain itu, yang benar ya : Peran yang mencari Pemain. Itu kalau memakai kaca mata Sutradara tentunya.

***

Menjelang Maghrib, saya lihat Sutradara Nano Asmorodono mengajak seluruh pemain dan crew untuk berdoa bersama, lalu memberi pembekalan pada para pemain.

Saya tuliskan seperti apa yang saya dengar sendiri :

“Mengalir saja. Asal anda tahu ceritanya.
Aku neng kene kih arep ngapa ? Terus aku kudu piye ?

Naskah ini, sekali lagi, saya bolehkan di tambah, atau di kurangi.

Dan jangan kaget nanti kalau ada saya. Saya kan sudah tua. Hafalannya sering lupa. Pasti akan ada improvisasinya. Yang penting anda tahu …dst”

Sangat memberikan kelonggaran. Mempercayakan pada semua pihak yang terlibat.
Pada moment itu memberi waktu juga pada siapapun yang mau bertanya atau menyampaikan sesuatu.
Selebihnya dia memberi semangat. Dan mengingatkan agar semua percaya diri.

Sudah tak ada waktu untuk wawancara lagi.

Pementasan akan segera di mulai.

Saya berhenti bicara. Tak mewawancarai lagi siapa – siapa. Mau membaca pertunjukan.
Sembari membuat catatan.

Tulisan Tito Pangesthi Adji.

Pemain Mencari Peran Atau Peran Mencari Pemain ?