
Yogyakarta/suaraglobal.tv – Wayang, Batik, dan Keris adalah warisan budaya Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan.
Foto sertifikat penghargaan tentang itu terlihat terpampang di salah satu ruang pameran Musium & Galery Keris Sanggar Keris Mataram Yogyakarta.
suaraglobal memotretnya.
Mewakili management pengelola Musium & Galery Keris SKM, Pandu menjelaskan :
~”Wayang diakui UNESCO pada tahun 2003 sebagai Karya Agung Budaya Lisan dan Tak Benda Warisan Manusia.
Sedangkan Keris, diakui UNESCO pada tahun 2005 sebagai Karya Agung Budaya Lisan dan Tak Benda Warisan Manusia, bersama dengan Wayang.
Adapun Batik, diakui UNESCO pada tahun 2009 sebagai Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan.
Pengakuan ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beragam dan penting bagi dunia.
Warisan budaya seperti Wayang, Batik, dan Keris tidak hanya menjadi simbol identitas nasional, tetapi juga berperan penting dalam pendidikan, ekonomi kreatif, dan diplomasi budaya.
Nah sebagai salah satu bentuk tanggung jawab untuk merawat, nguri – uri, melestarikan warisan budaya yang memperoleh pengakuan dunia itulah, pada bulan Suro masyarakat sering mengadakan Upacara Jamasan.
Tradisi jamasan keris dan benda-benda pusaka lainnya di Jawa telah berlangsung sejak lama. Kata “jamasan” sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti “pembersihan” atau “pensucian”.
Tradisi jamasan keris dan benda-benda pusaka lainnya di Jawa dipercaya telah dimulai sejak zaman Kerajaan Majapahit (abad ke-13 hingga ke-16). Pada masa itu, keris dan benda-benda pusaka lainnya dianggap memiliki kekuatan magis dan spiritual, sehingga perlu dijaga dan dipelihara dengan baik.
Dalam tradisi Jawa, jamasan keris dan benda-benda pusaka lainnya biasanya dilakukan pada bulan Sura (bulan pertama dalam kalender Jawa) atau pada hari-hari tertentu lainnya yang dianggap suci.
Proses jamasan melibatkan pembersihan dan pensucian keris dan benda-benda pusaka lainnya dengan menggunakan air suci, bunga, dan dupa.
Keris yang sering disebut “wesiaji” memang memiliki makna yang mendalam dalam budaya Jawa, dan tradisi jamasan merupakan salah satu cara untuk memelihara dan menghormati keris dan benda-benda pusaka lainnya.
Dengan demikian, tradisi jamasan keris dan benda-benda pusaka lainnya di Jawa telah menjadi bagian penting dari budaya dan spiritualitas masyarakat Jawa.
Kegiatan itu juga dimaksudkan sebagai upaya apresiasi dan sosialisasi, agar masyarakat lebih mengenal serta mencintai warisan budayanya sendiri”
~”Bagaimana dengan Pameran dan Bursa yang belakangan juga marak di selenggarakan ? Bahkan jual – beli keris melalui medsos juga cukup gencar ?”, sela saya bertanya.
Seperti seorang guide yang dengan sabar mendampingi dan menjawab semua pertanyaan turis wisata yang ingin mengenal budaya Jawa, Pandu mengajak kami pindah ke ruang lain.
Disitu seorang karyawan tengah menayangkan siaran langsung konten Bursa Tosan Aji.
Sebuah lampu sumber cahaya menyoroti kearah sebilah keris yang sedang di tawarkan kepada para pemirsa. Begitu fasih menjelaskannya…
~”Itu salah satu upaya kamu untuk membiayai perawatan dan pengembangan musium ini.
Penopang penghasilanlah…”
Selain keris, diruang itu terdapat sejumlah benda produk kerajinan. Ada blangkon, Surjan, jarik, berbagai jenis iket, Samir, hingga lukisan…
Sebuah keris dapat dihargai dengan sangat mahal karena beberapa faktor, antara lain:
~”Kelangkaan. Keris yang langka dan tidak banyak diproduksi dapat meningkatkan nilainya. Keris yang dibuat oleh empu terkenal atau memiliki sejarah yang unik dapat menjadi sangat berharga.
~Bahan
Keris yang dibuat dari bahan yang langka dan berkualitas tinggi, seperti baja yang kuat dan tahan lama, dapat meningkatkan nilainya.
~Kerja seni. Keris yang memiliki ukiran, motif, atau desain yang rumit dan indah dapat meningkatkan nilainya.
Kerja seni yang teliti dan detail dapat membuat keris menjadi sangat berharga.
~Sejarah, Keris yang memiliki sejarah yang unik dan terkait dengan peristiwa atau tokoh penting dapat meningkatkan nilainya.
~Kinatah emas,
Keris yang dihiasi dengan kinatah emas, yaitu teknik menghiasi keris dengan emas yang dipukul dan ditempatkan pada permukaan keris, dapat meningkatkan nilainya.
~Wrangka dan pendok yang dihiasi dihiasi dengan emas, perak, atau batu permata dapat meningkatkan nilainya.
~Batu mustika dan intan permata, Keris yang dihiasi dengan batu mustika dan intan permata yang langka dan berharga dapat meningkatkan nilainya.
~Kondisi Keris yang dalam keadaan baik dan terawat, dapat meningkatkan nilainya.
~Asal-usul Keris yang memiliki asal-usul yang jelas dan dapat dilacak dapat meningkatkan nilainya.
Dengan demikian, harga sebuah keris dapat ditentukan oleh kombinasi dari beberapa faktor di atas. Keris yang memiliki beberapa faktor tersebut dapat dihargai dengan sangat mahal.
Bagaimana dengan upaya pencegahan agar keris dan berbagai tosan aji lainnya tidak diperdagangkan ke manca negara ?
Adakah kebijakan pemerintah dalam hal melindungi aset warisan budaya dan karya adiluhung leluhur bangsa kita ini ?
suaraglobal.co.id akan mengulasnya pada laporan liputan berikutnya.
Penulis Tito Pangesthi Adji.