
CILEGON ~ suaraglobal.tv
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Cilegon, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Banten, kembali menunjukkan inovasinya dalam pengelolaan lingkungan dan pembinaan warga binaan. Pada kegiatan terbaru yang digelar di lapas pada hari Selasa (07/10/25), warga binaan diperkenalkan pada budidaya maggot (Black Soldier Fly/BSF) sebagai solusi pengolahan sampah organik sekaligus sumber produk bernilai ekonomi.
Kegiatan ini dipaparkan oleh Ibu Retno, narasumber ahli budidaya maggot, yang menjelaskan bahwa sampah organik minimal 1–2 kg per hari dapat dijadikan media budidaya. Prosesnya dimulai dari pencatatan dan penimbangan sampah dapur, tidak termasuk plastik yang tidak dapat didaur ulang, sehingga sampah bisa dikelola secara bersih dan efektif.
“Maggot dapat memakan semua jenis sampah organik, dan setelah 14–18 hari siap dipanen. Selain menjadi pakan industri, maggot juga menghasilkan pupuk organik,” jelas Ibu Retno. Ia menambahkan, suhu ideal budidaya adalah 27–32°C dengan kadar air 60–70%. Maggot dewasa bahkan bisa memisahkan diri sendiri ketika siap panen.
Siklus hidup Black Soldier Fly dimulai dari telur, larva/maggot, pupa, kepompong, lalat, sehingga produksi dapat berjalan terus-menerus. Produk turunan maggot yang dihasilkan meliputi fresh maggot, maggot kering, tepung maggot, dan minyak maggot. Untuk industri peternakan, maggot dapat dicampur dengan bungkil sawit sebagai pakan ayam hingga 30% campuran pakan untuk meningkatkan gizi.
Kalapas Kelas IIA Cilegon, Raja Muhammad Ismael Novadiansyah, memberikan apresiasi tinggi atas kegiatan ini. Ia menekankan, “Kegiatan ini bukan hanya soal pengelolaan sampah, tetapi juga membangun kesadaran dan kemandirian warga binaan. Dari hal sederhana seperti sampah dapur, kita bisa menciptakan nilai ekonomi, lingkungan yang lebih bersih, dan kesehatan yang lebih baik.”
Selain memberikan edukasi, kegiatan ini juga membuka peluang bagi warga binaan untuk mengembangkan keterampilan baru yang bermanfaat secara ekonomi dan lingkungan. Lapas Kelas IIA Cilegon berharap program pilot project ini dapat menjadi model pengelolaan sampah berkelanjutan dan inspirasi bagi lapas lain di Indonesia.
Tim Redaksi