
Sumenep ~ suaraglobal.tv
Fenomena pemalsuan makam di berbagai daerah di Nusantara akhir-akhir ini menjadi bukti bahwa pemalsuan makam tidak terjadi secara kebetulan, tetapi by design. Modus operandinya bisa berbentuk kuburan keramat tanpa jasad, atau dalam bentuk kuburan kuno tetapi dibranded sebagai makam tokoh tertentu yang dikeramatkan.
Melihat gejalanya, jelas aktivitas pemalsuan makam tersebut terstruktur, sistematis, dan massif karena hampir semuanya bermarga habib keturunan Ubaidillah Tarim Yaman.
Makam Bhuju’ Lanceng yang berada di desa Aeng Panas kecamatan Pragaan kabupaten Sumenep adalah salah satu situs makam kuno yang tak luput dari usaha pemalsuan. Kurang lebih dalam tiga tahun sudah, astah makam Bhuju’ Lanceng tersebut dirubah namanya menjadi Habib Abdurrahman, tak terkecyalu makam di sekitar Bhuju’ tersebut.
Perubahan tersebut sontak menimbulkan kecurigaan banyak kalangan, baik masyarakat maupun ulama di Sumenep. Untuk mengantisipasi masalah di masa depan serta demi pelurusan sejarah, PWI LS Sumenep turun tangan mengembalikan situs makam tersebut ke nama aslinya, termasuk makam-makam di sekitar Bhuju’ Lanceng yang terlanjur Baalwikan
(Hendra Sanjaya)