
Kulon Progo ~ suaraglobal.tv
Pagelaran Wayang Kulit atau Ringgit Wasucal merupakan salah satu kesenian Jawa yang sarat dengan nilai – nilai kearifan budaya lokal.
Kesenian Wayang Kulit, seni tradisi warisan para leluhur yang hingga kini masih bertahan dan terus berkembang merupakan salah satu kesenian yang digemari berbagai lapisan masyarakat dari kalangan bawah hingga menengah keatas. Sehingga selayaknya di uri – uri, di lestarikan, di kembangkan, dimanfaatkan.
Dalam rangka merayakan pergantian Tahun Baru Jawa 1 Sura 1959, Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa (MLKI) Kabupaten Kulon Progo, bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kulon Progo akan menyelenggarakan Pergelaran Wayang Kulit pada Hari Sabtu , 5 Juli 2025 lusa.
Bertempat di Padepokan Tulis Tanpa Papan yang beralamat di Padukuhan Seling, RT.017 / RW.05, Kalurahan Temon Kulon, Kapanewon Temon, Kulon Progo.
Kepada Suara Global TV yang menemuinya di Padepokan Tulis Tanpa Papan (2/6/2025), Ketua Presidium Majelis Luhur (MLKI) Kulon Progo Mbah Trisno Sumarjo mengatakan :
“Pagelaran Wayang Kulit besok akan mengangkat Lakon : Babaring Kalimasada, yang akan dibawakan oleh Ki Dalang Hadi Sugiyarto dari Kodim Kulon Progo.
Babaring Kalimasada sebenarnya mengemas ajaran Sangkan Paraning Dumadi ”
Ketua Presidium Majelis Luhur (MLKI) Kulon Progo, yang juga Ketua Paguyuban Tulis Tanpa Papan, Mbah Trisno Sumarjo berharap, dengan menggelar Lakon Babaring Kalimasada itu para anggota MLKI Kulon Progo yang dipandhegani akan bisa bertambah wawasan,
” Pana ing pamawas. Apa ta Kalimasada iku ?
Lakon itu sebenarnya membabar Ngelmu tentang Sangkan Paraning Hurip.
Sangkaning Urib bermula dari Nur Jagad, Nur Mukhamad, Nur Allah. Dibabarkan menjadi Kalimasada. Namun dalam Kawruh Kejawen, tafsir dan pemaknaannya berbeda dengan tafsir Islam pada umumnya, dimana Kalimasada diartikan Syahadat, Kalimah Kalih”, lanjutnya.
Wawancara dengan Ketua Majelis Luhur Kulon Progo ini terjeda,
karena kebetulan ada Pak Lurah Temon Kulon yang telah selesai memimpin rapat pembentukan panitia dan hendak pulang. Suara Global TV meminta kesediaannya untuk wawancara.
” Saya Lurah Temon Kulon. Berkaitan dengan kegiatan MLKI Kulon Progo, selaku Pamong disini saya mendukung kegiatan MLKI yang dipimpin Mbah Trisno Sumarjo. Kalau disini beliau Ketua Paguyuban Tulis Tanpa Papan. Kegiatan – kegiatan dari Paguyuban ini, kami dari pihak Pemerintah Desa dan masyarakat selalu mendukung. Kami tidak membedakan – bedakan. Kegiatan apapun yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat selalu kamu dukung. Intinya harus guyub, rukun, bergotong royong, adem ayem dalam membangun kekuatan kebersamaan. Tadi sudah di rapatkan bersama. Dari proses persiapan sampai akhir, tadi sudah di sepakati bersama akan.di laksanakan.oleh panitia. Setelah acara Wayangan selesai, akan dibersihkan oleh masyarakat setempat. Warga tidak merasa terganggu. Hubungan antara Paguyuban Tulis Tanpa Papan dengan pemerintah dan masyarakat sudah terjalin sejak lama. Sudah berulang kali menyelenggarakan kegiatan, dan itu selalu didukung oleh warga setempat Dusun Seling. Inilah wujud kekuatan.jebersamaan itu. Semoga semua berjalan lancar sebagaimana diharapkan “, lanjutnya.
Setelah warga masyarakat yang menjadi panitia penyelenggara acara pulang,
Suara Global TV masih menggali informasi tentang kegiatan MLKI itu.
” Wayangan besok, juga akan di meriahkan dengan beberapa penampilan kesenian sebelum acara pokok. Juga dimeriahkan Bintang Tamu kondhang : Ari Purnomo dan Rio Srundeng” tambahnya.
Tertarik dengan keterangan Ketua Padepokan Tulis Tanpa Papan tentang lakon Babaring Kalimasada itu, pewawancara kemudian berusaha mencari referensi tentang wayang dan lakon Jamus Kalimasada.
Asal usul kata Wayang berasal dari bahasa Jawa, yang berarti bayangan.
Secara visual menampak pada pergelaran wayang kulit yang memasang geber atau keliru, berupa bentangan layar dari kain putih sebagai latar belakang dalam memainkan wayang.
Peragaan wayang kulit yang memperoleh penerangan atau sumber cahaya dari sebuah blencong (lampu minyak) yang posisinya berada di atas tempat duduk Ki Dalang yang memainkan wayang, menghasilkan atraksi bayangan dari tokoh – tokoh wayang yang terlihat dari balik layar.
Adapun secara filosofi, wayang merupakan bayangan atau cerminan watak dan sifat – sifat manusia. Seperti : cinta kasih, kesetiaan, pengkhianatan, kemarahan, dendam, iri dengki, angkara murka, watak para sinatria, jiwa agung seorang raja, budi luhur para Bhegawan, resi, pandhita…bahkan watak para Dewa.
Begitu banyak suri tauladan yang bisa dipetik dari pergelaran sebuah lakon wayang.
Wawancara dan ulasan
Tito Pangesthi Adji.
————————