×

Sleman ~ suaraglobal.tv

Ageng Wijaya, S.H.,M.E., Panewu Anon (sekretaris kapanewon/kecamatan) Kapanewon Seyegan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sosok pribadi yang penuh semangat saat ditemui di ruang kerjanya (Rabu, 25 Juni 2025). Latar Pendidikan S1 Ilmu Hukum dan S2 Ilmu Ekonomi. Jabatan Panewu Anom di Kapanewon Seyegan sudah diembannya selama delapan tahun. Jabatan sebelumnya Kawat Praja dan Kasi Kesmas. Maka begitu fasih tatkala bincang bareng dinamika seni budaya.

Mas Ageng panggilan akrab waktu masih sekolah di SMA N Argomulyo c.q. SMAN 1 Sedayu Bantul DIY ini dulu aktif di kegiatan seni teater yang pentasnya di Peringatan Hari Besar dan Akhir Tahun. Dalam bincang santai Mas Ageng begitu semangat bercerita sejarah Kapanewon Seyegan. Wilayah Kecamatan Seyegan menurut Rijksblad Kasultanan Yogyakarta Nomor 11 Tahun 1916 (Rijksblaad Van Djogyakarta No.11 bestuur Mataraman, Reorganisatie Vanhet Indlandsch der regenttschappen Sleman, Bantoel en Kalasan Pranatan Ven den Rijksbestuur der van 15 Mei 1916) terbagi dalam wilayah Onderdistrik Seyegan yang membawahi 10 kelurahan, dan wilayah Onderdistrik Watukarung yang membawahi 11 kelurahan. Kedua onderdistrik ini dipimpin oleh masing masing seorang asisten panji termasuk dalam wilayah Distrik Jumeneng, Kabupaten Sleman.

Berdasar Rijksblad Kasultanan Nomor 1/1927 Kabupaten Sleman dihilangkan, sehingga wilayah onderdistrik Seyegan menjadi bagian dari Kabupaten Yogyakarta. Pada 8 April 1945, Sri Sultan Hamengkubuwono IX kembali melakukan reorganisasi pemerintahan dengan mengeluarkan Jogjakarta Koorei No.2, yang menjadikan wilayah Kapanewon Pangreh Projo Seyegan berubah dari wilayah Kabupaten Yogyakarta kembali menjadi wilayah Kabupaten Sleman.

Baca juga  Pendapa Dalem Pakuningratan Yogyakarta di Keroyok Kunang Kunang

Kapanewon Seyegan saat itu berkantor di Seyegan dan dikepalai oleh seorang Panewu (Camat), membawahi 15 kelurahan yakni, Kelurahan Watukarung, Gentan, Gerjen, Susukan, Planggok, Bokong, Ngino, Pete, Sompokan, Jomblangan, Cibuk, Barak, Klangkapan, Kadipiro, dan Kandangan. Melalui Maklumat Kasultanan Yogyakarta No.5 Tahun 1948, maka 15 kelurahan saling bergabung menjadi 5 kelurahan definitif sampai saat ini, yaitu Margoluwih, Margodadi, Margokaton, Margomulyo dan Margoagung. Saat ini Panewu Kapanewon Seyegan Bapak Samino, S.IP.,M.Ec.Dev.

Menurut Mas Ageng, 5 kelurahan di Kapanewon Seyegan sudah masuk dalam Desa Rintisan Budaya Kabupaten Sleman. Dismping itu ada Desa Wisata di Grogol dan Cibuk. Dinamika kegiatan seni budaya dalam masyarakat mengikuti perkembangan jaman. Di sela bincang, hp mas Ageng berdering. Diterimalah, ada seorang Dukuh ingin bertemu mau minta tanda tangan untuk mengadakan kegiatan Kethoprak.

Kethoprak di Kapanewon Seyegan perkembangannya baik-baik saja. Pada acara agustusan masih ada pentas-pentas Kethoprak. Tokoh yang konsisten ber-kethoprak itu Pak Sancoko dari Grogol, penerusnya Mas Dani. Bicara seni kethoprak di dusun, desa, kapanewon Seyegan menurut Mas Ageng perlu ada pelatihan bagi anak-anak, remaja dan generasi muda. Jika perlu di DIY ada Sekolah Kethoprak. Sampai sat ini kok belum ada Sekolah Kethoprak. Padahal ada SMKI atau SMKN I Kasihan, ada ISI Yogyakarta, Kethoprak perlu lah dipelajari secara khusus biar tidak punah. Disinilah dinamika seni budaya harus disangga pemerintah dan masyarakatnya agar Kethoprak ngremboko berjaya seperti era 1980-1990an.

Baca juga  Ziarah Makam Raja Sultan Agung Dalam Rangka Kirab Budaya Ngarak Siwur Nguras Enceh Ke 24 di  Kapanewon  Imogiri 

Mas Ageng yang juga ketua II Pepadi Kabupaten Sleman, bercerita bahwa Seni Wayang juga perlu mendapat perhatian serius jika tidak ya dapat punah. Contoh almarhum dalang Seno Nugroho. Produk sekolahan Dalang. Pedalangan lumayan ada sekolahnya di Kraton Yogyakarta ada Habirando, di SMKN 1 Kasihan, di ISI Yogyakarta. Di Masyarakat yang sudah memiliki Dalang-dalang juga perlu ada pelatihan kontinyu perihal sanggit dan mengkemas pertunjukan wayang. Jika selama ini pertunjukan wayang selalu semalam natas. Untuk kemasan yang lebih singkat waktunya perlu diupayakan. Misal pertunjukan wayang untuk Seni Wisata perlu kemasan tersendiri.

Dinamika seni budaya dalam masyarakat akan terjaga jika ada sinergitas antara seniman, pemerintah dan masyarakat saling bahu membahu. Seni budaya akan terus hidup lestari kalau didukung bersama-sama. (Nur Iswantara)

Seni Budaya Kapanewon Seyegan Sleman DIY Bersama Panewu Anom Ageng Wijaya S.H.,M.E