
Yogyakarta ~ suaraglobal.tv
Perkembangan jaman membawa banyak perubahan, kemajuan ilmu, pengetahuan dan teknologi membawa konsekuensi logis penyesuaian segala sesuatu dalam penemukan dan pemanfaatan hal – hal yang baru.
Begitupun pada Ringgit Purwa atau Wayang Kulit yang terus menerus berkembang dengan selalu menampilkan pembaharuan dalam berbagai aspek pendukung pergelarannya.
Namun begitu, mengikuti selera jaman bukan berarti kudu meninggalkan pakem – pakem yang menjadi ciri khas kesenian yang tumbuh kembang dan berakar pada budaya lokal yang melatari kelahirannya.
Seni Pedalangan, dan pertunjukan wayang kulit, juga dikenal dengan Pakeliran.
“kelir” dan “pakeliran” memang terkait dengan pementasan wayang, dan memiliki makna yang spesifik dalam konteks seni pedalangan.
‘Kelir’ adalah layar putih yang digunakan sebagai media proyeksi bayangan wayang kulit.
Kelir memiliki peran penting dalam pementasan wayang, karena bayangan wayang yang diproyeksikan pada kelir inilah yang menjadi fokus utama pertunjukan wayang.
Sedangkan ‘Pakeliran’ adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pementasan wayang kulit secara keseluruhan.
Pakeliran mencakup semua aspek pertunjukan, termasuk lakon, dalang, sinden, wiyaga, dan lain-lain.
Seni Pedalangan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seni pertunjukan wayang kulit secara luas.
Seni pedalangan mencakup tidak hanya pementasan wayang, tetapi juga aspek-aspek lain seperti lakon, karakter wayang, dan filosofi yang terkandung dalam pertunjukan.
Filosofi Kelir dan Bayangan:
Dalam konteks wayang kulit, kelir dan bayangan memiliki makna filosofis yang dalam.
Bayangan wayang yang diproyeksikan pada kelir dapat diartikan sebagai representasi dari kehidupan nyata yang hanya merupakan bayangan dari realitas yang sebenarnya.
Kelir juga dapat diartikan sebagai simbol dari tirai yang memisahkan antara dunia nyata dan dunia ilusi.
Dalam filosofi Jawa, bayangan wayang juga dapat diartikan sebagai simbol dari jiwa atau roh yang ada di dalam diri manusia.
Dengan demikian, istilah “kelir” dan “pakeliran” memiliki makna yang spesifik dalam konteks seni pedalangan, dan memiliki filosofi yang dalam tentang kehidupan dan realitas.
Salah satu aspek Pakeliran , adalah “lakon”
Dari sastra lakon itulah kemudian berkembang temuan – temuan teknis bagaimana memvisualisasikan karya sastra menjadi karya cipta seni rupa, seni suara, seni karawitan, yang kemudian dipadukan menjadi seni Pakeliran atau Seni Pedalangan.
Begitu banyak profesi atau pelaku seni dengan keahlian khusus yang terlibat dan saling melengkapi sehingga seni Pakeliran dan pergelaran wayang kulit bisa menjadi seperti sekarang ini.
Sebuah kolaborasi yang lengkap. Dari pujangga penulis sastra lakon, perancang dan penyungging yang menciptakan bentuk wayang kulit dengan begitu banyak karakter tokoh wayang, pencipta gending dan para wiyaga penabuh gamelan, dalang yang memainkan.wsyang, para waranggana atau sindhen yang mengembangkan syair – syair yang dinyanyikan, dan keahlian lainnya.
Sebelum ada pujangga yang menuliskan serat – serat pedalangan dalam karya sastranya, barangkali wayang telah ada dan berangkat dari tradisi tutur tinular,sastra lisan.
Sedangkan dalam perkembangannya, bisa kita temukan karya cipta para pujangga yang menulis sastra lakon.
Literasi serat atau buku babon pedalangan karya para pujangga itu diantaranya :
Serat Pedalangan,
Serat Pustaka Raja Purwa. Karya sastra Jawa kuno yang berisi cerita-cerita wayang dan lakon-lakon yang populer.
Serat Pakem Pedalangan, Buku panduan pedalangan yang berisi lakon-lakon wayang dan cara penyajiannya.
Serat Wayang Purwa, Karya sastra Jawa yang berisi cerita-cerita wayang purwa dan lakon-lakon yang terkait.
Sejumlah Pujangga Penulis Karya Sastra Lakon Wayang yang kita kenal, diantaranya :
Ranggawarsita, Seorang pujangga Jawa yang hidup pada abad ke-19 dan dikenal sebagai penulis karya sastra lakon wayang yang populer.
Yasadipura, Seorang pujangga Jawa yang hidup pada abad ke-18 dan dikenal sebagai penulis karya sastra lakon wayang yang terkenal.
Ki Tristuti Rachmat, Seorang dalang dan penulis lakon wayang yang terkenal di Jawa.
Suhamir, Seorang penulis lakon wayang yang terkenal di Jawa dan dikenal sebagai penulis lakon wayang yang inovatif.
Karya Sastra Lakon Wayang,
Ramayana: Karya sastra Jawa kuno yang berisi cerita tentang Rama dan Sita.
Mahabharata, Karya sastra Jawa kuno yang berisi cerita tentang perang antara Pandawa dan Kurawa.
Lakon Jamus Kalimasada, Karya sastra lakon wayang yang populer di Jawa dan menceritakan tentang petualangan dan perjuangan tokoh-tokoh wayang.
Dengan demikian, karya sastra lakon wayang memiliki peran penting dalam melestarikan budaya dan tradisi Jawa, serta memberikan inspirasi bagi generasi-generasi berikutnya.
Tentang Pakeliran yang dalam perkembangannya menyesuaikan selera jaman dengan kreatifitas dan inovasi baru, memunculkan banyak perubahan.
Warga masyarakat yang gemar nonton pertunjukan wayang dan fanatik dengan pakem – pakem pedalangan, pakem pakeliran, menuding bahwa kreatifitas para seniman kadang kebablasen. Menurut para Sutrisna wayang menganggap hal itu sebuah kekeliruan, merubah nilai – nilai yang dianggap sudah mapan dan baku sebagai panduan pertunjukan wayang.
Disini, Pakeliran berubah Pakeliruan, salah, tetapi kabrah dan oleh sebagian masyarakat modern perubahan – perubahann itu dianggap sah, dan kaprah. Orang tak lagi mempergunjingkan tentang benar – salah.
Perubahan itu lumrah. Sebab jika tidak menyesuaikan dengan perkembangan jaman, wayang kulit benar – benar terancam punah ditinggalkan penontonnya.
Penulis Tito Pangesthi Adji.