Ɨ

Kulon Progo ~ suaraglobal.tv

Sanggar Langit Alang – Alang pimpinan Dewi Puspitasari S.Sn yang beralamat di Jl. Wates – Jogja Km 1,5, Gunung Gempal RT.22/ RW.10 Giripeni, Wates – Kulon Progo, mewakili Desa Budaya Giripeni menyelenggarakan pementasan tari di Bandara YIA.

Pentas Seni Desa Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta ini merupakan program kerjasama Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Provinsi DIY dengan Angkasa Pura Airport sebagai sarana promosi kebudayaan.

” YIA merupakan gerbang masuknya wisatawan domestik maupun mancanegara, sehingga menggelar pementasan disini diharapkan bisa memperkenalkan potensi Desa – Desa Budaya di Yogyakarta kepada mereka. Event seperti pementasan tari kali ini, juga dimaksudkan agar dapat menumbuhkan semangat generasi muda untuk melestarikan, mengembangkan, dan memanfaatkan seni budaya guna mempromosikan daerah”, ungkap Dewi Puspita Sari S.Sn.

Pada kesempatan ini Desa Budaya Giripeni menampilkan Tari berjudul Sotyaning Menoreh yang melibatkan 10 orang penari, dan tari Baduk Molan yang dibawakan oleh 6 orang penari, karya koreografer Dewi Puspita Sari S.Sn.

Ketika ditanya tentang sinopsis dari dua judul karya tersebut, pada Suara Global, Pimpinan Sanggar Langit Alang – Alang itu menuturkan :

Tari Sotya Menoreh ;
“Sotya artinya mutiara. Karya ini menggambarkan keragaman seni budaya Kulon Progo. Ragam seni tari Panjidor, Oglek, Angguk, Jathilan dan Incling, berdampingan dengan potensi kuliner yakni gurihnya geblek Kulon Progo, terbalut dalam harmoni tari Sotyaning Menoreh. Bukan emas permata yang menjadi kekayaan dan.kebanggaan Kulon Progo, namun seni budaya yang beragam menjadi harta yang tak ternilai. Bak mutiara di Bumi Menoreh”

Baca juga  Panitia Peringatan Buka Luwur Kanjeng Sunan Kedu Menyelenggarakan Gribig Expo 2025

Sedangkan sinopsis Tari Bodak Molan :
“Jogja selain dikenal sebagai Kota Pelajar, juga dikenal sebagai Kota Seni karena memiliki berbagai kesenian, diantaranya seni tari yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.
Melestarikan seni harus “Nut jaman kelakone” yang berarti harus menyesuaikan selera jaman. Dari situlah terciptanya tari ‘Bodak Molan’ , gabungan dari kesenian rakyat : Badui, Angguk, Montro, Jathilan, yang dikemas kekinian untuk ditampilkan era masa kini ” lanjut Dewi menjelaskan latar belakang penciptaan karya tarinya.

Galuh Renggani, salah satu penari yang membawakan tari Sotya Menoreh, mengaku senang bisa terlibat dalam pementasan di Bandara YIA. Bagi Galuh itu merupakan pengalaman yang mengesankan:
“Capek sih, harus bangun jam 02:00 dini hari menuju ke Sanggar untuk tata rambut, make up dan memakai kostum, lalu berangkat naik bus ke Bandara. Pentasnya jam 08:00. Rasanya beda pentas di Bandara dengan pentas di Amphy Theater atau di Auditorium Taman Budaya. Ada yang lalu – lalang di depan panggung, ada yang berhenti menonton dan berfoto atau membuat video..” imbuhnya.

IMG-20250625-WA0006-300x209 Tari Sotyaning Menoreh dan Tari Baduk Molan di Pentaskan di Bandar Udara Yogyakarta International AirportĀ 

Dewi Puspita Sari S.Sn mengungkapkan tentang harapannya kedepan :
“Semoga dengan adanya promosi budaya di Bandara YIA, bisa menjadikan sanggar – sanggar sebagai wisata edukasi yang menjadi tujuan turis domestik maupun mancanegara. Dengan adanya banyak tamu dari luar, maka kegiatan – kegiatan di sanggar akan semakin hidup dan bisa menjalin kerjasama dengan banyak pihak yang mendukung kegiatan wisata budaya” pungkasnya.

Baca juga  Menciptakan Suasana Adegan Serta Membingkainya Dengan Komposisi Bunyi

(Tito Pangesthi Adji)

Tari Sotyaning Menoreh dan Tari Baduk Molan di Pentaskan di Bandar Udara Yogyakarta International AirportĀ