×

Kulon Progo/ suaraglobal.tv

liputan-kedua Dhaksina Adikarta Festival ~ Tata rupa panggung Dhaksina Adikarta Festival, hampir seluruh elemen dekorasinya dihias dengan bahan yang mudah di dapat dan murah. Akan tetapi dengan kreatifitas dan sentuhan tangan para seniman, hasilnya terkesan artistik dan mewah.

Pada suaraglobal.tv , Teguh Paino seorang perupa Kulon Progo mengatakan :

“Saya di jawil teman – teman Kriyan Kontemplatif yang akan selenggarakan Dhaksina Adikarta Festival 2025.
Sebenarnya tidak cukup waktu, ya…karena dadakan. Akan tetapi kami memberi sentuhan yang memungkinkan. Yaitu dengan dengan bahan – bahan yang ada di sekitar Dusun Kriyan.Banyak sumber daya pohon kelapa. Jadi unsur kelapa itulah yang kita jadikan material.

Hasilnya seperti di backdrop panggung dengan material utama blarak ”

Penataan daun kelapa yang di susun bershaf – shaf pada bidang latar belakang panggung (panggungnya adalah bekas lantai sebuah rumah joglo, dengan ukuran panjang sekitar 12 M, lebar 8 M dan tinggi 60 Cm yang ditutup dengan karpet berwarna merah.
Dari jauh, bentuk susunan daun kelapa itu seperti seekor burung merak raksasa.
Ini kesan yang tertangkap, atau menebak – nebak menafsirkan.
Pada backdrop itu terpampang tulisan Dhaksana Adikarta Festival.

“Material yang lain itu ; tempurung kelapa kering atau bathok, juga bambu. Di pinggir jalan , memasuki area ini, kita juga membuat gapura dari bongkok ya (pangkal pelepah daun kelapa kering).

Baca juga  Kritik Bisa Menjadi Ekspresi Seni Walau Terkesan Menyakitkan Hati

Selain itu tentu ada beberapa karya yang kita tampilkan.

Di kanan – kiri kursi undangan ini kan ada pameran. Kita mengundang teman – teman dari Kelompok Daulat Sampah. Sebagian lagi dari Purworejo, Bantul, Yogyakarta…pada berpartisipasi.

Seperti drawing, media legal, grafiti, instalasi.
Mereka yang menginisiasi Daulat Sampah di muara Glagah, muara Progo beberapa waktu lalu…

Dari ngobrol di bibir panggung, Teguh Paino dan kawan – kawan mengajak ke barak tempat berbagai karya seni rupa itu terpajang dengan asri

” Ini adalah karya – karya yang di tampilkan untuk merespon acara”, salah seorang perupa dari Bantul menjukkan jajaran pigura yang membingkai gambar – gambar itu. Ada yang menggunakan pensil, bolpoin, cat air, acrilic…

“Sebagian besar karya drawing ” lanjutnya

Sewaktu suaraglobal.tv meminta komentar mereka, para perupa itu saling menyampaikan pendapatnya :

“Acara ini sangat bermanfaat untuk masyarakat, terutama buat anak muda untuk berkreasi dengan material – material yang bisa di eksplor lagi. Akan memacu kreatifnya “, ungkap salah satu perupa dari Jogja

Selain deretan pigura yang terpajang di dinding ruang, sejumlah benda di taruh di lantai. Nampak gambar – gambar pada lembaran kertas, di gantung pada tali yang di ikatkan pada tiang – tiang bambu barak itu.

Seseorang yang baru tiba di lokasi acara dan ikut bergabung sewaktu suaraglobal.tv tengah wawancara, turut memberikan komentarnya :

Baca juga  Belajar Serta Mengasah Kreatifitas Tidak Harus Di Ruang Kelas

“Saya rasa acara seperti ini harus di perbanyak.lagi. karena memang penting untuk menguatkan kembali seni budaya yang ada di Kulon Progo ini ”

Beberapa perupa berdatangan. Biasa, jika sudah bertemu teman – temannya lantas saling menyapa dan entah apa yang di obrolannya.

Sebelum acara dimulai, suaraglobal.tv sempat juga melongok barak sederhana yang berada di sebrang panggung.
Jalan memutar melewati dua gapura di jalur masuk area.

Ada banyak grafiti dan tulisan – tulisan pada selembar papan, atau banner, karton , yang di tempelkan pada batang pepohonan ataupun di gantung di dahan.

Di antaranya tulisan pada sehelai kain yang di bentangkan, terbaca :

“Dunia saya bukan upah, jabatan, pangkat atau kecurangan.
Dunia saya bumi manusia dengan segala persoalannya”

Di area sekitar panggung utama Festival Dhaksina Adikarta , bertebaran nilai – nilai moral dan keluhuran budi.

IMG-20250713-WA0007-300x225 Daulat Sampah Menata Panggung Menjadi Mewah

Yang diharapkan oleh para perupa yang merancang dan membuat dekorasi lingkungan fisik Festival Dhaksina Adikarta itu, tentunya, agar supaya pesan – pesan yang di sematkan pada berbagai material seperti kertas, kain, papan, banner, drawing dan instalasi, bisa terserap , tercerap oleh para penonton dan warga masyarakat. Dengan itu para pemirsa atau pembacanya bisa mengambil sebagai pelajaran guna menambah wawasan, membangun kerpribadian serta memberikan kemanfaatan yang nyata.

Liputan ke 2
bersambung
Tulisan Tito Pangesthi Adji.

Daulat Sampah Menata Panggung Menjadi Mewah