×

Yogyakarta ~ suaraglobal.tv

Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-41 menghadirkan kegiatan seminar nasional. Kegiatan seminar nasional tersebut dihadiri oleh perwakilan mahasiswa, para dosen di lingkungan ISI Yogyakarta, mitra serta tamu undangan. Dalam gelaran kegiatan seminar nasional yang berlangsung pada Selasa, 8 Juli 2025 lalu, ISI Yogyakarta mengusung tema “Art and Diplomacy” atau Seni dan Diplomasi.

Setidaknya ada 5 keynote speaker dan narasumber hebat yang membuka ruang diskusi akademis tersebut. Keynote speaker yang pertama adalah Bapak Aril Havas O., S.H.,LL.M. selaku Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI, Ibu Prof. Stella Christie., Ph.D. selaku Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendikti Saintek) dalam Kabinet Merah Putih, Mr. Phillippe Augier selaku Kolektor Seni Asia Pasifik, Ibu Helly Minarti, Ph.D selaku Peneliti Seni dan Bapak Kurniawan Adi S., Ph.D selaku Peneliti dan Staf Pengajar di ISI Yogyakarta.

Kegiatan seminar nasional selasa lalu, dibuka langsung oleh Rektor Institut Seni Indonesia Yogyakarta Bapak Dr. Irwandi, S.Sn., M.Sn tepat pukul 09.00 WIB dan berlokasi di Gedung Concert Hall ISI Yogyakarta. Dalam pidatonya, Bapak Dr. Irwandi, S.Sn., M.Sn menyampaikan secara terbuka mengenai upaya ISI Yogyakarta sebagai salah satu kampus seni di Indonesia untuk menjadi bagian dari World Class University atau kampus berstatus kelas dunia.

Rektor ISI Yogyakarta dihadapan para peserta seminar nasional dengan bangga menyampaikan berbagai kegiatan seni dan akademik yang telah dilaksanakan oleh ISI untuk mendukung upaya terciptanya world class university dan diplomasi seni skala internasional. Dalam pidatonya, Bapak Dr. Irwandi, S.Sn., M.Sn juga menegaskan mengenai perolehan berbagai prestasi mahasiswa, dosen maupun sivitas akademika lingkungan ISI Yogyakarta sebagai bentuk support pengembangan ilmu pengetahuan bidang seni dan budaya.

Baca juga  Belajar Serta Mengasah Kreatifitas Tidak Harus Di Ruang Kelas

Hal tersebut kemudian direspon hangat oleh keynote speaker spesial yang berkesempatan hadir ditengah-tengah seminar yaitu Prof. Stella Christie, Ph.D. yang saat ini menjabat sebagai Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendikti Saintek) dalam Kabinet Merah Putih.

Prof. Stella Christie, Ph.D. menyebutkan bahwa langkah ISI Yogyakarta sudah sangat tepat menciptakan tema seminar bertajuk seni dan diplomasi. Menurut ilmuwan dibidang kognitif sains tersebut, seni pada hakikatnya mampu menjadi salah satu alat diplomasi dan kekayaan Indonesia yang hebat. Meski tentu saja, bagi Prof. Stella Christie, Ph.D. diperlukan langkah strategis untuk mengelola seni sebagai produk atau bagian dari diplomasi negara.

Meski banyak elemen masyarakat yang meragukan dampak seni dan urgensi keberadaan kebudayaan di Indonesia, namun Prof. Stella Christie, Ph.D. sangat berbeda dan mengaku optimis dengan kekayaan budaya yang bangsa Indonesia miliknya. Menurut guru besar Tsinghua University, Beijing, Tiongkok tersebut “Suatu negara akan jauh lebih dikenal oleh publik lewat seni, bahasa dan budayanya, termasuk negara-negara maju sekaliber Amerika Serikat, China, Korea hingga Perancis dan Rusia.

Oleh sebab itu, Prof. Stella Christie, Ph.D. mendorong ISI Yogyakarta untuk terus berkontribusi aktif menciptakan seniman berlatar akademis yang dapat bersaing diranah global. Baginya, seni secara organik memang belum dapat menjadi alat diplomasi yang kuat. Namun melalui strukturalisasi yang cermat, pengelolaan teori serta portabilitas yang baik, tentu saja seni mampu menjadi alat diplomasi bagi negara Indonesia.

Baca juga  PKBM NGUDI ILMU Alternatif Pendidikan Non Formal

Merujuk pada data online, ada banyak sekali komunitas seni dan budaya Indonesia yang tumbuh dan berkembang secara internasional. Hal tersebut menunjukan bahwa seni dan diplomasi kenegaraan menjadi dua hal yang tidak dapat terpisahkan. Di negara Meksiko misalnya, terdapat grup lokal aktif bernama Indra Swara yang berfokus pada promosi seni dan budaya Indonesia sejak Desember 2002 yang hebatnya beranggotakan mayoritas adalah warganegara Meksiko yang gemar pada budaya Asia, khususnya Indonesia. Selain itu ada komunitas Gamelan Digul – Australia, Ketiga ada Gamelan Barasvara – Spanyol (Barcelona) yang berfokus pada gamelan Bali dan berdiri 2020 silam. Hingga Warsaw Gamelan Group – Polandia yang merupakan komunitas gemar memainkan dan mempelajari musik karawitan Jawa, wayang kulit, dangdut, campur sari, serta komposisi kontemporer.

Merujuk pada data-data tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa seni mampu menjadi jalan diplomasi jika didukung dan diupayakan dengan baik. Prof. Stella Christie, Ph.D. juga meyakini bahwa kekayaan budaya Indonesia merupakan aset kekayaan paling nyata; warisan nenek moyang yang luhur; sekaligus media diplomasi estetis yang mampu menjadi ujung tombak, Indonesia dikenal secara global.

Penulis: Evi Putrianti

Wamendikti Seni Mampu Berperan Sebagai Media Diplomasi Negara Jika Strukturalisasinya Jelas